Minggu, Februari 10, 2008

PENDINGINAN DENGAN ENERGI SURYA

Akhir-akhir ini, kebutuhan akan pendingin ruangan semakin meningkat. Agar lingkungan hidup dan sumber daya alam lebih terawat, maka disarankan untuk menggunakan energi terperbaharui sebagai jalan keluar. Energi panas bumi dan energi solar dapat dimanfaatkan, tidak hanya untuk memanaskan, namun juga untuk mendinginkan.
Gedung-gedung tidak hanya membutuhkan energi untuk pemanasan, namun juga untuk pendinginan. Bagi IEA (International Energieagentur), pendinginan adalah salah satu sektor kebutuhan energy yang paling cepat bertambah. Sepertiga dari gas emisi yang lepas ke udara (greenhouse effect) saat ini berasal dari sektor gedung. Kira-kira setengah dari kebutuhan listrik dunia dipakai di 26 negara (antara lain: Negara-negara Uni Eropa, juga USA, Kanada, Australia atau Jepang) guna mengklimatisasi (pendinginan ruangan) gedung-gedung. Menurut IEA, kebutuhan energi untuk pendinginan bertambah paling sedikit dua kali lebih cepat dibanding kebutuhan energi gedung keseluruhan. Dan market penetration di Eropa baru berjumlah 2 %.
Prosentase kebutuhan energy untuk mengklimatisasi ruangan di negara-negara bagian selatan, sama
dengan kebutuhan energi untuk memanaskan ruangan gedung-gedung yang ada di Jerman, demikianlah DLR (Deutsches Zentrum für Luft- und Raumfahrt) memberitakan. Di beberapa kasus, persoalan klimatisasi ruangan dipenuhi dengan adanya alat pendingin kecil elektrik yang tidak efisien, yang di bulan-bulan musim panas semakin membahayakan penyuplai listrik pada siang hari. Untuk Jerman, DLR juga melihat kebutuhan yang meningkat akan klimatisasi ruangan.
Kebutuhan energi yang semakin meningkat untuk pendinginan atau pengklimatisasi ruangan seharusnya dapat ditutupi dengan memberdayakan sumber-sumber energi terperbaharui. Hal ini dimulai pada perencanaan secara holistik dan arsitektural (energi panas, cahaya dan dingin). Ada beragam alternatif ramah lingkungan untuk kondisi bekerja yang nyaman, misalnya dari bagian depan yang menggunakan Doppelglas sampai kepada penyimpanan air sumur dan air alir dingin, melalui heat-exchanger ke pemanas lantai atau pengaturan temperatur inti beton. Udara dalam ruang dapat dipanaskan atau didinginkan, dan juga dapat diatur kadar kelembaban udaranya. Jika udara dihisap melalui kanal-kanal sampai kedalaman beberapa meter di bawah tanah, maka tingkat temperatur yang besarnya kira-kira sama, dapat digunakan di segala musim (musim panas, gugur, dingin dan semi). Pada musim panas, udara malam yang dingin dapat mendinginkan bagian gedung yang pejal (massive) untuk hari berikutnya.
Contoh positif baru-baru ini adalah gedung baru Umweltbundesamt (Federal Environmental Agency) di Dessau, Jerman. Seperti yang diberitakan oleh biro konsultan Zibell Willner & Partner, konsep energinya berisikan antara lain: perlindungan sinar matahari yang fleksibel, pendinginan pada malam hari dengan memanfaatkan udara segar (fresh air), pre-cooling fresh-air melalui kanal-kanal dalam tanah, dan mesin pendingin dengan bantuan energi surya. Heat exchanger terbesar yang dimiliki Jerman dengan earth-register yang panjangnya sekitar 5 km pada 3 m di bawah permukaan bumi, memungkinkan penggunaan temperatur bumi untuk conditioning udara masuk. Mesin pendingin tradisional diganti dan kebutuhan akan energi panas pun terkurangi.
“Sebuah solar plant dengan 354 m2 vacuum-tube collectors di atap gedung utama mengalirkan energi panas untuk mengoperasikan mesin pendingin adsorpsi (Adsorptionkältemaschine)”, terang Zibell Willner & Partner. Energi dingin ini diperlukan untuk menyejukkan ruang EDP (Electronic Data Processing) dan untuk beberapa ventilator serta airconditioning. Efek sejuk ini timbul sebagai hasil dari penguapan dan adsopsi medium pendingin (silica gel). Proses regenerasi sorption-materials terjadi karena air panas yang dihasilkan oleh energy solar.
Sejak pertengahan tahun lalu, Service Center pada Güterverkehrszentrum Ingolstadt dilengkapi dengan energy panas dan dingin yang diperoleh dari tenaga surya, papar Conergy, perusahaan yang bergerak di bidang solar energi. Di atas atap datar dari Service Center (digunakan sebagai Training Center dan hotel dengan 70 tempat tidur) dipasangkan 140 collector datar dengan luas keseluruhan sebesar 280 m2, yang menyuplai energi untuk air hangat, menyokong pemanas ruangan, dan sentral air handling unit (AHU) dengan sorption rotor. Keseluruhan solar plant disurvey secara intensive oleh Kompetenzzentrum Solartechnik der Fachhochschule Ingolstadt selama lebih dari dua tahun, untuk menunjukkan kelayakan dan keekonomisan dari solar air-conditioning ini.
Di saat kebanyakan air condition (AC) dan refrigerator konvensional menggunakan kompressor listrik, pendingin tenaga solar mengandalkan sang penyebab suhu tinggi yaitu panas surya sebagai sumber daya untuk mengoperasikan mesin-mesin pendingin. Sistem solarthermik yang efisien dapat mengurangi biaya listrik klimatisasi gedung sebesar 40 % sampai 70 %, demikian jelas Conergy. Tema ‘pendinginan’ sangatlah berarti, terutama karena pemanasan global yang terjadi di dunia akhir-akhir ini. Di Jerman, hampir setengah dari gedung-gedung besar yang baru dibangun, dilengkapi dengan AC, tendensinya meningkat tajam.
Potensinya besar. Di Jerman, kapasitas sebesar 77.000 GWh yaitu 14 % kebutuhan listrik atau lebih tepatnya 5,8 % kebutuhan energy primer akan diinstalasi guna pendinginan, demikian papar Zentrum für angewandte Forschung nachhaltige Energietechnik zafh.net der Hochschule für Technik Stuttgart. Sekitar 40.000 GWh dari kapasitas tersebut dipergunakan untuk pendingin ruangan. Namun demikian, permintaan akan pendingin solarthermik masih sedikit. Menurut keterangan para ahli, baru sekitar 70 plant yang diinstalasi di Eropa dengan daya pendingin keseluruhan sebesar 6,3 MW. (AR)

dikutip dari: VDI Nachrichten, Duesseldorf 2006

Tidak ada komentar:

WELCOME TO REFAC BLOG

Blognya orang-orang REFAC (Refrigerasi & Air Conditioning)

refac

refac
refac aplication