Minggu, April 27, 2008

TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA DI LKS MAKASAR 2008

LKS Makasar 2008 akan segera berlangsung tepatnya 23 - 29 juni 2008. Dapat dikatakan bahwa di LKS kali ini lah teknik pendingin ikut diperlombakan untuk pertama kalinya. Untuk yang ingin tau selengkapnya dapat lihat di situs berikut http://www.lkssmk2008.co.cc/. Selamat bertanding semuanya. Sukses !!!!!!!!!

Sabtu, April 26, 2008

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia (iklim, kualitas udara dan kebisingan; demografi; fisiografi; hidro-oceanografi; ruang; lahan dan tanah; dan hidrologi), ekologi (flora, fauna), sosial-ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

Segala bentuk usaha dan/atau kegiatan yang akan ditetapkan oleh Menteri, tidak lepas dari kriteria sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 3 ayat (1) PP Nomor 27 Tahun 1999, yang menyebutkan bahwa usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, meliputi: (a) pengubahan bentuk lahan dan bentang alam; (b) eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui; (c) proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemorosotan sumber daya alam dalam pemanfaatan-nya; (d) proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya; (e) proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konsevasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya; (f) introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik; (g) pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati; (h) penerapan teknologi yang diperkiraan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup; (i) kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan/atau mempengaruhi pertahanan negara.

Pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Pada Bab II pasal 4 UU No. 23 Th. 1997 dikemukakan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :

  1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup;
  2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang mempunyai sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
  3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa mendatang.
  4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
  5. Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana; dan
  6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Agar pelaksanaan-nya berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/ kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan. Dokumen AMDAL terdiri dari :

  1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL).
  2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL).Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).
  3. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.

Fungsi AMDAL

1. Aspek teknis:

a. Untuk menghindari & meminimalisasi dampak lingkungan sehingga terwujud pembangunan yang berkelanjutan

b. Survei, prakiraan, dan evaluasi dampak berupa polusi, gangguankeanekaragaman ekosistem, hubungan manusia-alam dan lingkungan global (nir emisi, efek rumah kacadll).

2. Alat komunikasi:

Untuk mendapatkan konsensus dengan masyarakat (terkena dampak), akuntabilitas pemrakarsa dan pemerintah, dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan.

Manfaat AMDAL

  1. Sebagai “environmental safe guard”;
  2. Pengembangan wilayah;
  3. Sebagai pedoman pengelolaan lingkungan;
  4. Pemenuhan pra-syarat utang (loan);
  5. Rekomendasi dalam proses perijinan; dan
Hasil AMDAL memberikan pedoman upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan.

Senin, April 21, 2008

PENGOLAHAN SAMPAH

Sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan merupakan suatu faktor penting dari sejumlah sampah yang dihasilkan, beberapa diantaranya mahal biaya penanganannya. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Pemilahan sampah di sumber merupakan hal yang paling tepat dilakukan agar potensi penularan penyakit dan berbahaya dari sampah yang umum. Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dan pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator.

Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak sesuai diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan secara luas di berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di India dan rumah sakit umum besar di Amerika. Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.

Penanganan masalah sampah tidaklah mudah karena sangat kompleks mencakup aspek teknis, ekonomis, dan sosio-politis. Dari aspek teknis dapat dijelaskan bahwa manajemen sampah meliputi 4 fase, yaitu:
  1. Tahap Penampungan: Masyarakat menampung sampah masing-masing di tempat sampah.
  2. Tahap Pengumpulan Sampah: Pengumpulan sampah dari lingkungan penghasil sampah, misalnya: lingkungan pemukiman, pasar, pusat perdagangan, perkantoran/sekolah dan jalan protokol.
  3. Tahap Pemindahan Sampah: ada tiga cara pemindahan, yaitu Tempat Penampungan Sementara (TPS), Kontainer, dan Transfer Depo.
  4. Tahap Pengangkutan: Pengangkutan sampah dengan truk sampah dari bak sementara ke TPA.
  5. Tahap Pembuangan Akhir (TPA): Tahap pemusnahan sampah di lokasi pembuangan akhir.
Dari aspek ekonomis penjelasan permasalahan sampah berkaitan dengan persoalan perbandingan antara input retribusi sampah yang diterapkan dengan output yang dikeluarkan Pemda untuk mengelola sampah.

Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian misalnya dengan menerapkan, Prinsip 4R yaitu:
  1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Reduce terutama untuk sampah plastik. Karena plastik adalah salah satu bahan yang sangat sulit terurai. Mengurangi penggunaan plastik, berarti kita sudah menyumbang pelestarian lingkungan. Caranya antara lain: menolak kantong plastik bila tak terlalu perlu. Sebaiknya bawalah tas sendiri saat berbelanja. Kalau makan, belilah sesuai porsi agar mengurangi sisa makanan. Gunakan kertas di kedua sisinya, dan jangan coret-coret bila tak perlu. Sebisa mungkin kurangi produk yang memakai baterai dan gunakan produk yang kemasannya bisa diisi ulang.
  2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Reuse terutama untuk produk dari botol plastik dan kaca, yang mengurainya makan waktu sampai ratusan tahun. Jangan remehkan penggunaan kembali kertas bekas. Menurut The Body Shop, perusahaan kosmetika asing yang peduli lingkungan, sampah kertas yang dibuang warga Jakarta sehari sama dengan menebang 10.710 batang pohon. Jadi manfaatkan baik-baik kertas yang sudah dipakai. Bisa untuk sampul, kertas kado, bahkan dijadikan memo. Amplop bekas pun masih bisa dipakai lagi buat mengirim surat.
  3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Recycle untuk sampah organik kita bisa dijadikan kompos. Tapi mendaur ulang sampah anorganik mungkin kita belum bisa. Maka, usaha maksimal yang bisa kita lakukan ialah memisahkan mana sampah organik, mana yang anorganik (plastik, logam, dan kaca). Tempatkan sampah anorganik dalam wadah berbeda, lalu berikan ke pemulung. Mereka ini yang akan membawa sampah anorganik kita ke produsen industri yang bisa mendaur ulang sampah anorganik tersebut.
  4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Teknologi pengolahan sampah telah diperkenalkan dengan menitikberatkan pada teknologi pembakaran yang paling banyak diadopsi. Teknologi pengolahan sampah, merupakan teknologi yang keberadaannya dirasakan mutlak untuk menjaga agar lingkungan hidup lebih baik dengan mengolah sampah yang dihasilkan dari rumah tangga serta dari aktivitas industri. Rencana ke depan, ingin mengembangkan teknologi pengolahan sampah yang dengan itu dapat menekan konsumsi sumber daya alam serta meringankan beban lingkungan.

Jika tiap hari sampah yang dihasilkan warga Jakarta seberat 6.955 ekor gajah, sampah kantung plastik yang bisa menutupi 2.600 lapangan sepak bola, dan sampah kertas yang jumlahnya sama dengan menebang 10.710 batang pohon, maka sudah saatnya kita bertindak bagi lingkungan. Intinya, think globally, act locally!

SAMPAH DAN PERMASALAHANNYA

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari ‘pengelolaan’ gaya hidup masyrakat.

Makin modern gaya hidup kita, sampah yang dihasilkan makin banyak. Tengok saja belanjaan kita untuk produk perawatan dan kecantikan tubuh. Ada botol sampo, botol shower gel, botol minyak wangi, botol deodoran, botol pelembap badan, tabung pasta gigi, maskara, kapas, tisu penyerap minyak, cotton bud, sampai hairs pray, sisir, dan hair dryer, yang semuanya akan jadi sampah. Itu baru dari satu jenis kebutuhan. Belum lagi sisa makanan, kertas bekas, bungkus permen, kain bekas, tisu, botol-botol, koran, kardus bekas, kemasan styrofoam, kantong plastik, mainan, baterai, dan sebagainya. Masih ditambah lagi dengan sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit dan industri. Ada perban bekas, obat-obatan tak terpakai, botol infus, jarum suntik bekas, rongsokan mesin-mesin, limbah kimia, dan sebagainya.

Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Sayangnya tidak ada yang bisa menyetop produksi sampah. Minimal setiap hari kita membuang kertas tisu, kertas, dan sisa makanan. Menurut data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, tiap orang diperkirakan menghasilkan sampah sebanyak satu sampai dua kilogram sehari. Jadi kalau penduduk Indonesia 206 juta orang, sampahnya bisa mencapai 420.000 ton per hari. Padahal kabarnya, pemerintah kita baru bisa mengelola 20-30 persen dari total produksi sampah per hari. Sisanya bertebaran di mana-mana, atau jadi gunungan sampah tak terurus. Misalnya saja, kota Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah 18.500 m3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3 per hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (volume Candi Borobudur = 55.000 m3). [Bapedalda, 2000]. Selain Jakarta, jumlah sampah yang cukup besar terjadi di Medan dan Bandung. Kota metropolitan lebih banyak menghasilkan sampah dibandingkan dengan kota sedang atau kecil.

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi dua yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dll. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.

Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Oleh karena itu pengelolaan sampah yang terdesentralisisasi sangat membantu dalam meminimasi sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama ini pengleolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sapah bersifat terpusat. Misanya saja, seluruh sampah dari kota Jakarta harus dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di daerah Bantar Gebang Bekasi. Dapat dibayangkan berapa ongkos yang harus dikeluarkan untuk ini. Belum lagi, sampah yang dibuang masih tercampur antara sampah basah dan sampah kering. Padahal, dengan mengelola sampah besar di tingkat lingkungan terkecil, seperti RT atau RW, dengan membuatnya menjadi kompos maka paling tidak volume sampah dapat diturunkan/dikurangi.

Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah. Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.

Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah Zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85% sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.

Sampai saat ini pembuangan sampah ada yang dilakukan dengan cara dibuang sendiri, lewat tukang sampah di sekitar rumah, atau diambil langsung oleh petugas Dinas Kebersihan. Sampah yang dibuang sendiri ada yang dibuang di halaman rumah (ditimbun atau dibakar), dibuang ke sungai, tanah-tanah kosong di permukiman, atau tempat pembuangan sementara (TPS) terdekat. Demikian juga tukang sampah keliling, kalau tidak dibuang ke TPS, di sungai atau lahan kosong pun jadi. Jadi tetap ada sampah yang tercecer. Selanjutnya petugas Dinas Kebersihan mengangkut sampah dari TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA). Itu pun tidak semua sampah di TPS bisa terangkut.

Kita pasti tahu, sampah bukan saja merusak pemandangan, tapi juga merusak kesehatan. Apalagi di musim hujan seperti sekarang ini. Sampah yang menumpuk di saluran air dan sungai akan menghambat arus air, hingga menyebabkan bencana banjir. Bau busuk dan banjir merupakan efek langsung sampah yang paling terasa sama kita. Data pemda menunjukkan, 60 sampai 70 persen penyebab banjir adalah sampah.

Selasa, April 15, 2008

PRINSIP REFRIGERASI DAN TATA UDARA

Air Conditioning

Ketika mendengar tentang AC, biasanya yang terpikir pertama kali oleh kita adalah udara yang segar dan dingin. Sebenarnya, sistem AC yang benar adalah mengatur suhu, kelembaban, kemurnian dan sirkulasi udara. Dalam aplikasi otomotif, AC adalah suatu sistem yang mendinginkan dan menjaga kelembaban udara di dalam bagian penampang mobil atau truk.

Sistem Mesin Refrigerasi

Sistem mesin refrigerasi yang dipakai pada kendaraan modern menggunakan refrigerant khusus untuk menyerap panas dalam evaporator. Untuk mewujudkan ini refrigerant dirubah dari cairan menjadi uap.

Hal ini diperlukan untuk memudahkan panas yang diserap oleh refrigerant dari bagian dalam evaporator. Satu metode yang mungkin untuk memindahkan panas ini adalah dengan mengeluarkan heat-laten refrigerant vapor ke udara luar. Tetapi, ini merupakan prosedur yang mahal. Metode yang lebih suka digunakan adalah metode untuk memperoleh kembali refrigerant untuk digunakan kembali dalam sistem. Hanya panas yang dipindahkan dan dikeluarkan ke udara luar.

Proses untuk memperoleh kembali refrigerant dimulai dari kompresor. Fungsi dari kompresor adalah untuk mengkompresikan heat-laten vapor sampai tekanan dan temperaturnya lebih besar dari udara luar. Kompresor juga memompa uap ke kondensor. Pada kondensor, uap melepaskan kalornya dan berubah menjadi cairan. Kondensor diletakkan di luar ruangan. Udara melalui kondensor sehingga uap melepaskan lebih banyak panas dan berubah menjadi cairan. Cairan refrigerant kemudian mengalir dari kondensor ke receiver/drier.

Contoh sistem mesin rerigerasi yang memakai tiga hukum dasar refrigerasi dimana semua hukum basis itu adalah sesuatu yang alami dalam sistem mesin refrigerasi.

Hukum ke 1

Untuk mendinginkan adalah dengan memindahkan panas. Ketiadaan panas disebut dingin. Panas itu selalu ada. Hukum ke 1 dicotohkan pada sistem refrigerator. Panas dipindahkan dari ruangan. Dalam pelaksanaannya temperatur diturunkan. Panas menghilang sehingga jadi dingin.

Hukum ke 2

Panas mengalir dari tempat/benda yang lebih panas ke tempat/benda yang lebih dingin. Tidak ada yang dapat menghentikan aliran panas, tetapi hanya bisa diperlambat. Panas tidak dapat ditahan sebanyak apapun penyekat yang digunakan. Hukum ke 2 menunjukkan refrigerant khususnya pada evaporator. Dalam hal ini, panas siap mengalir ke apapun yang mengandung sedikit panas.

Hukum ke 3

Jika terjadi perubahan phasa maka diikuti dengan perpindahan panas. Jika cairan berubah menjadi gas maka pada saat itu terjadi pengambilan panas. Panas terbawa bersama uap. Jika uap berubah menjadi cairan maka pada saat itu terjadi pemberian panas. Panas berpindah kepermukaan atau media yang mempunyai sedikit panas. Hukum ketiga dapat dicontohkan oleh cairan refrigerant pada evaporator. Yaitu pada saat refrigerant mengambil panas dan berubah menjadi uap.

Ton Refrigerasi

Untuk waktu yang lama satuan refrigerasi dihitung dalam hp. Hp secara teori adalah satuan dari energi. Satu hp adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengangkat 33.000 pounds (1497 kg) sejauh satu meter. Tidak lama ini unit refrigerasi menggunakan perhitungan ¼ hp, ½ hp, ¾ hp, dan 1 hp. Perhitungan seperti itu, bagaimanapun juga adalah metode yang sangat tidak akurat dalam menggambarkan hasil dari satuan AC sejak nilai hp hanya berkenaan dengan aturan kompresor.

Istilah yang lain untuk menggambarkan sistem AC adalah ton. Ton of refrigerasi (TR) sering diartikan sama dengan 1 hp. Pada satuan AC ½ hp juga disebut ½ TR. Nilai TR dalam Btu/hr jika kalor laten pembekuan untuk air diketahui. Jumlah panas yang di butuhkan agar terjadi perubahan phasa dari 1 pound es pada suhu 32 oF ke 1 pound air pada suhu 32 oF adalah 144 Btu. Ketika mempergunakan nilai ini, harus diingat bahwa satu ton materi (air) mengandung 2000 pound. 144Btu dibutuhkan untuk mengubah 1 pound es kecairan. Nilai yang sama untuk satu ton dapat dicri dengan mengalikan seluruh jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengubah 1 pound dengan 2000 pound.

144 Btu * 2000 lb = 288.000 Btu

Nilai di atas adalah jumlah energi panas (dalam Btu) yang dibutuhkan untuk perubahan phasa dari 1 ton es menjadi 1 ton cairan dalam 24 jam.

144 Btu * 2000 lb = 288.000 Btu

288.000 Btu / 24 hr = 12.000 Btu/hr

Jadi 1 TR sama dengan 12.000 Btu/hr. Banyak unit AC yang dijual sekarang menggunakan perhitungan Btu. Ketika pabrik mencantumkan 1 ton unit dalam satuan AC, perhitungan Btu juga harus dicantumkan. Untuk contoh, ¾ ton unit juga hrus ditulis 9.000 Btu. Hal ini dilakukan untuk mencegah unit yang kekurangan kapasitas menjadi 1 ton unit ketika dijual.

144 Btu * 2000 lb = 288.000 Btu

288.000 Btu * ¾ ton = 216.000 Btu

216.000 Btu / 24 hr = 9000 Btu/hr

Jadi setiap ¼ TR sama dengan 2000 Btu.

Berapa nilai dalam ton, untuk 11.000 Btu/hr unit? Sejak nilai 11.000 Btu mendekati 1 ton unit, nilai hp atau ton dalam satuan ini juga ditetapakan menjadi satu. Untuk alasan yang sama juga ditepapkan menjadi satu. Untuk alasan yang sama juga diterapkan pada 13.000 Btu/hr unit sehingga hal tersebut disebut 1 ton unit.

Dalam cara yang sama, kita asumsikan mesin A mempunyai nilai 10.525 Btu/hr dan mesin B mempunyai nilai 13.475 Btu/hr. Jika kedua nilai tersebut lebih dekat ke 1 hp daripada ke hp yang lebih kecil (1/4 hp), keduanya dianggap 1 hp. Sebenarnya, kedua mesin perbedaan nilai yang hampir mendekati ¼ hp mempunyai:

Mesin A 10.525 Btu/hr

Mesin B 13.475 Btu/hr

Difference 2.950 Btu/hr

Hal ini mudah untuk melihat bahwa di sana terdapat lebar jarak dalam nilai Btu/hr dimana nilai pada satuan AC adalah 1 ton. Konsumen harus tahu tentang jarak ini dalam berbagai ukuran ketika mempertimbangkan untuk membeli peralatan refrigerasi. Ac otomotif mempunyai nilai yang melebihi TR. Karena beban kalor yang besar di dalam mobil, satu satuan dinilai pada 8.000 sampai 10.000 Btu hal ini berakibat sangat buruk terhadap pemeliharaan bagi rata-rata modern.

Untuk contoh, General Motors di pabriknya memasang 1 ¾ ton atau sekitar 2.100 pada tiap unit. Nilai ini sama dengan jumlah pendingin yang dibutuhkan untuk mendinginkan rata-rata dua kamar tidur. Tentunya, rumah merupakan isolasi yang baik karena tidak mempunyai masalah yang besar dalam hal kehilangan panas oleh radiasi seperti pada mobil.

Selasa, April 08, 2008

MESIN BERBAHAN BAKAR AIR

Penemuan untuk menyelamatkan manusia dari monster “entropy”

Banyak orang yang tidak percaya jika air dapat menggantikan bahan bakar minyak sebagai penggerak mesin. Hal ini dibuktikan oleh I Nyoman Lingga. Mesin yang dipatenkan dengan nama “Auto Hydrodinamika” bahkan sudah diuji coba dan hasilnya berhasil. Bagaimana cara kerjanya?

Penemu mesin mobil berbahan bakar air I Nyoman Lingga, pernah dianggap “sinting” saat melontarkan ide tersebut sembilan tahun silam. Namun, berkat kegigihannya bergelut dengan ilmu fisika dan thermodinamika, kini orang-orang yang sempat menuduhnya “gila” itu malah berdecak kagum. Lingga sudah berhasil membuktikan besaran daya yang dihasilkan sistem merupakan hasil dari penambahan massa air. Artinya, pelipatgandaan energi kinetik aliran air menjadi energi mekanis berdaya guna dalam poros mesin, sudah dapat dibuktikan lewat uji coba beberapa waktu lalu.

Dia juga berhasil membuktikan bahwa arus listrik bisa turun antara satu hingga 1,5 ampere (dalam ampere meter) meski dengan tekanan yang sama yakni 1,4 bar. Eksperimen yang dilakukan oleh Lingga ini menggunakan empat katup pipadankran penyalur air ke sistem mesin. Jika satu kran dibuka ampere meter (alat ukur arus listrik) menunjuk angka delapan ampere. Namun, jika kran yang lain dibuka maka ampere turun ke angka 6,5 ampere dan demikian seterusnya.

Rumus hasilnya yaitu: E-in = P3/2 + (n-1)P dan E-out = nP3/2. Di E-out menunjukkan energi yang sudah dihasilkan secara berlipat. Ini membuktuikan bahwa memang benar dengan cara mekanika fluida sejumlah massa air dapat berubah menjadi energi, begitu juga sebaliknya. Dari serangkaian uji coba akhirnya disimpulkan bahwa air-lah yang berperan utama menjadi sesuai teori energi kinetik tak berhingga yang dikembangkannya. Pembuktian uji coba tahap pertama ini dinyatakan selesai sesuai jadwal, yakni pada 27 Maret 2008 lalu. Kini berlanjut ke uji coba tahap kedua yang meliputi sinkronisasi antara debit pompa dan turbin. Sebab, besarnya kemampuan mesin harus diimbangi dengan debit pompa ang tepat.

Kemudian pada uji coba tahap ketiga akan lebih mengarah pada penyempurnaan konsep dan rancangan. Tujuannya agar diperoleh kapasitas sistem yang maksimum atau energi berdaya guna pada putaran poros mesin sebesar-besarnya. Diharapkan pada tahap ketiga ini mesin sudah dapat ditentukan, apakah sebagai pembangkit listrik stasioner atau portable, alat tranportasi darat, laut atau kendaraan niaga. Setelah semua tahap uji coba tuntas, maka proyek ini segera diumumkan resmi di tingkat internasional.

Lingga secara tegas menggugat alias melawan konsep ilmiah entrophy sebagai dasar produksi masal yang kini terbukti merusak dalam penemuannya. Seperti produksi bahan bakar minyak, batubara, dan nuklir. Uji coba tahap awal ini Lingga baru menunjukkan sebagian dari adanya kebenaran ilmiah tentang rahasia terpendam dalam air. Temuan ini dianggap sebagai pengulangan sejarah satu abad yang lalu. Di mana saat itu Albert Einstein mampu membuktikan konsep ilmiah tentang hukum kekekalan masa dan teori relativitasnya. Lingga juga yakin bahwa penemuannya ilmiahnya ini akan menjadi tonggak sejarah dan jalan menuju zaman baru, di mana manusia dan seluruh mahluk akan terbebas dari polusi sebagai sumber pencemar dan konflik akibat konsep entrophy di semua sistem produksi energi.

Setelah pembuktian dapat ditunjukkan secara faktual, orang yang dulu menganggapnya sinting kini tidak lagi dan inilah manfaat ilmu pengetahuan yang amat sedikit orang mau membukanya. Air adalah anugerah Tuhan yang penuh rahasia, karena itu penemuannya ini didedikasikannya untuk ilmu pengetahuan demi penyelamatan alam dan manusia dari monster entrophy.

Sebenarnya penelitian mesin dengan bahan bakar air sedang marak selain yang dilakukan oleh Nyoman Lingga, di Palu Sulteng juga sudah sejak beberapa tahun terakhir dikembangkan motor dengan bahan bakar air dengan menggunakan konsep tabung reaktor, dimana air diolah dalam reaktor sehingga menjadi unsur-unsur seperti oksigen dan nitrogen kedua bahan inilah yang akan menggerakkan motor tersebut. Saat ini penemuan ini masih berupa prototype dengan motor masih menggunakan gabungan antara air dan bensin. Namun ke depan diharapkan dapat menjadi 100% berbahan bakar air.

I Nyoman Lingga adalah seorang sarjana bidang pertambangan yang senang menekuni mesin. Beliau bertempat tinggal di Jalan Danau Beratan No.87 Sanur.

Dikutip dari harian Radar Bali edisi Senin, 7 April 2008.

Senin, April 07, 2008

LKS MAKASAR 2008

Buat semua siswa-siswa smk jurusan teknik refrigerasi dan tata udara (teknik pendingin/TP) bersiap-siaplah karena jurusan kalian sudah masuk dalam agenda Lomba Keterampilan Siswa Tingkat Nasional (LKS). Tahun ini (2008) TP masuk sebagai mata lomba eksebisi. Jadi dalam waktu dekat akan jadi mata lomba resmi dalam LKS di masa mendatang! So be ready!!!!!!!!!!

Selamat berkompetisi guys!

REFRIGERASI EFEK MAGNETOKALORIK

Efek magnetokalorik, yang merupakan sifat intrinsik seluruh material magnetik, menyebabkan material yang bersifat magnetik akan membuang panas dan tingkat entropi magnetiknya turun pada saat dikenai medan magnet secara isotermal. Efek yang berkebalikan akan terjadi manakala medan magnet dihilangkan. Dengan demikian, efek magnetokalorik ini bisa digunakan untuk mendinginkan suatu zat. Prinsip ini telah digunakan dalam refrigerasi kriogenik sejak tahun 1930-an (Yu dkk., 2003). Refrigerasi magnetik dipandang sebagai teknologi hijau (green technology) yang memiliki potensi untuk menggantikan siklus konvensional kompresi uap. Efisiensi refrigerasi magnetik bisa mencapai 30 - 60% terhadap siklus Carnot, sedangkan siklus kompresi uap hanya mencapai 5 - 10% terhadap siklus Carnot (Yu dkk., 2003). Oleh karena itu, refrigerasi magnetik diperkirakan memiliki potensi yang bagus di masa mendatang.

Siklus dasar refrigerasi magnetik adalah siklus Carnot magnetik, siklus Stirling magnetik, siklus Ericcson magnetik, dan siklus Brayton magnetik. Mekanisme kerja siklus refrigerasi magnetik, misalnya siklus Ericcson magnetik, dijelaskan di bawah ini (lihat juga Gambar 6).
1.Proses magnetisasi isothermal (A-B). Pada saat terjadi kenaikan medan magnet (dari H0 ke H1), panas dipindahkan dari refrigeran magnetik ke fluida regenerator untuk menjaga refrigeran dalam keadaan isotermal. Note: yang dimaksud dengan refrigeran adalah material magnetik itu sendiri.
2.Proses pendinginan pada medan-konstan (B-C). Pada keadaan medan magnet konstan (H1), panas dipindahkan dari refrigeran magnetik ke fluida regenerator.
3.Proses demagnetisasi isotermal (C-D). Pada saat medan magnet diturunkan (dari H1 ke H0), panas diserap dari fluida regenerator ke refrigeran magnetik untuk menjaga kondisi isotermal pada refrigeran.
4.Proses pemanasan pada medan-konstan (D-A). Temperatur akhir refrigeran magnetik kembali ke kondisi semula (A).

Diagram siklus Ericcson magnetik.
Pada gambar tersebut, S dan T masing-masing adalah entropi dan temperatur
.


Beberapa peneliti mengeksplorasi kemungkinan penggunaan refrigerasi magnetik sebagai pengganti sistem refrigerasi konvensional. Pada 1976, di Lewis Research Center of American National Aeronautics and Space Administration, Brown menggunakan logam tanah jarang (rare-earth metal) gadolinium (Gd) sebagai refrigeran magnetik untuk refrigerasi pada temperatur ruang (Yu dkk., 2003). Dengan menambahkan berbagai variasi silika dan germanium ke latis (lattice) kristal gadolinium, Vitalij Pecharsky dan Karl Gschneidner dari the Ames Laboratory di Iowa State University menemukan jenis material baru yang bisa mendinginkan dua hingga enam kali lebih banyak dalam siklus magnetik tunggal, yang berarti bahwa mesin refrigerasi ini bisa menggunakan medan magnet yang lebih lemah atau material yang lebih kecil (Glanz, 1998).

Dengan memadukan refrigeran magnetik Gd5Ge2Si2 dan sejumlah kecil besi, Provenzano dkk. (2004) melaporkan bahwa mereka bisa mengurangi kehilangan histerisis (yang menyebabkan refrigeran magnetik kurang efisien) hingga 90%. Selain menggunakan paduan berbasiskan gadolinium, Tegus dkk. (2002) menggunakan refrigeran magnetik berbasiskan logam transisi, MnFeP0.45,As0.55, untuk refrigerasi pada temperatur ruang dengan hasil refrigerasi yang secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan Gd5Ge2Si2. Namun demikian, saat ini pengembangan refrigerasi magnetik pada temperatur ruang masih belum matang. Yu dkk. (2003) menekankan bahwa kesulitan utama dalam pengembangan refrigerasi magnetik adalah: (1) Diperlukannya material magnetik dengan efek magnetokalorik yang besar, (2) Diperlukannya medan magnet yang kuat, dan (3) Diperlukannya sifat regenerasi dan perpindahan panas yang istimewa.

DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN TERHADAP KESEHATAN

Pendahuluan
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan daya dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah ada sejak dahulu, masalah lingkungan hidup bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau dihadapi oleh negara-negara maju ataupun negara-negara miskin, tapi masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan masalah kita semua.

Oleh karena itu munculnya aktivitas industri disuatu kawasan mengundang kritik dan sorotan masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya yang diantisipasikan mengganggu kesehatan lingkungan.

Linkungan dan Kesehatan

Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi.

Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya sosial ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”. Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1, Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik), rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan.

Masyarakat adalah terdiri dari individu-individu manusia yang merupakan makhluk biologis dan makhluk sosial didalam suatu lingkungan hidup (biosfir). Sehingga untuk memahami masyarakat perlu mempelajari kehidupan biologis bentuk interaksi sosial dan lingkungan hidup. Pada pelaksanan analisis dampak lingkungan maka kaitan antara lingkungan dengan kesehatan dapat dikaji secara terpadu artinya bagaimana pertimbangan kesehatan masyarakat dapat dipadukan kedalam analisis lingkungan untuk kebijakan dalam pelaksnaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya lebih baik, walaupun aktivitas manusia membuat rona lingkungan menjadi rusak.

Hal ini tidak dapat disangkal lagi kualitas lingkungan pasti mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Dari studi tentang kesehatan lingkungan tersirat informasi bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor hereditas, nutrisi, pelayanan kesehatan, perilaku dan lengkungan. Menurut paragdima Blum tentang kesehatan dari lima faktor itu lingkungan mempunyai pengaruh dominan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan seseorang itu dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial, linkungan rekreasi, lingkungan kerja.

Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah, pembuangan air limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai, penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit.

Industrialisasi pada saat ini akan menimbulkan masalah yang baru, kalau tidak dengan segera ditanggulangi saat ini dengan cepat. Lingkungan industri merupakan salah satu contoh lingkungan kerja. Walaupun seorang karyawan hanya menggunakan sepertiga dari waktu hariannya untuk melakukan pekerjaan di lingkungan industri, tetapi pemaparan dirinya di lingkungan itu memungkinkan timbulnya gangguan kesehatan dengan resiko trauma fisik gangguan kesehatan morbiditas, disabilitas dan mortalitas.

Dari studi yang pernah dilakukan di Amerika Serikat oleh The National Institute of Occupational Safety and Health pada tahun 1997 terungkap bahwa satu dari empat karyawan yang bekerja di lingkungan industri tersedia pada bahan beracun dan kanker. Lebih dari 20.000.000 karyawan yang bekerja di lingkungan industri setiap harinya menggarap bahan-bahan yang diketahui mempunyai resiko untuk menimbulkan kanker, penyakit paru, hipertensi dan gangguan metabolisme lain.

Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup (63 tahun) dan status gizi.

Fase industri ini menimbulkan dampak yang sangat menyolok selain kemakmuran yang diperoleh juga exploitasi tenaga kerja, kecelakaan kerja, pencemaran lenigkungan, penyakit, wabah. Pencemaran udara yang disebabkan industri dapat menimbulkan asphyxia dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas CO2 disebabkan gas beracun besar konsentrasinya dedalam atmosfirseperti CO2, H2S, CO, NH3, dan CH4. Kekurangan ini bersifat akurat dan keracunan bersifat sistemik penyebab adalah timah hitam, Cadmium,Flour dan insektisida .

Pengaruh air terhadap kesehatan dapat menyebabkan penyakit menular dan tidak menular. Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit penyakit umpama penyakit malaria karena udara jelek dan tinggal disekitar rawa-rawa. Orang beranggapan bahwa penyakit malaria terjadi karena tinggal pada rawa-rawa padahal nyamuk yang bersarang di rawa menyebabkan penyakit malaria. Dipandang dari segi lingkungan kesehatan, penyakit terjadi karena interaksi antara manusia dan lingkungan.

Jadi di alam ini terdapat faktor yang menguntungkan manusia (eugenik) dan yang merugikan (disgenik). Usaha-usaha dibidang kesehatan lingkungan ditujukan untuk meningkatkan daya guna faktor eugenik dan mengurangi peran atau mengendalikan faktor disgenik. Secara naluriah manusia memang tidak dapat menerima kehadiran faktor disgenik didalam lingkungan hidupnya, oleh karena itu kita selalu berusaha memperbaiki keadaan sekitarnya sesuai dengan kemampuannya. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan tehnologi, lingkungan hidup akan berubah pula kualitasnya.

Perubahan kualitas lingkungan akan selalu terjadi sehingga lingkungan selalu berada dalam keadaan dinamis. Hal ini disertai dengan meningkatnya pertumbuhan industri disegala bidang. Perubahan kualitas lingkungan yang cepat ini merupakan tantangan bagi manusia untuk menjaga fungsi lingkungan hidup agar tetap normal sehingga daya dukung kelangsungan hidup di bumi ini tetap lestari dan kesehatan masyarakat tetap terjamin. Oleh karenanya perlu ditumbuhkan strategi baru untuk dapat meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat yakni setiap aktivitas harus:

a. Didasarkan atas kebutuhan manusia.

b. Ditujukan pada kehendak masyarakat.

c. Direncanakan oleh semua pihak yang berkepentingan.

d. Didasarkan atas prinsip-prinsip ilmiah.

e. Dilaksanakan secara manusiawi.

Pada analisis dampak lingkungan yang merupakan pengkajian akan kemungkinan timbulnya perubahan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan/proyek. Perubahan-perubahan lingkungan yang mencakup komponen biofisik dan sosio ekonomi dan melibatkan komponen dampak kesehatan masyarakat yang berada disekitar proyek.

Pengaruh Tidak Langsung Terhadap Kesehatan

Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan ada dua cara positif dan negatif. Pengaruh positif, karena didapat elemen yang menguntungkan hidup manusia seperti bahan makanan, sumber daya hayati yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraannya seperti bahan baku untuk papan, pangan, sandang, industi, mikroba dan serangga yang berguna dan lain-lainnya. Adapula elemen yang merugikan seperti mikroba patogen, hewan dan tanaman beracun, hewan berbahaya secara fisik, vektor penyakit dan reservoir penyebab dan penyebar penyakit.

Secara tidak langsung pengaruhnya disebabkan elemen-elemen didalam biosfir banyak dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kesejahteraanya. Semakin sejahtera manusia, diharapkan semakin naik pula derajat kesehatannya. Dalam hal ini, lingkungan digunakan sebagai sumber bahan mentah untuk berbagai kegiatan industri kayu, industri meubel, rotan, obat-obatan, papan, pangan, fermentasi dan lain-lainnya.

Pengaruh Langsung Terhadap Kesehatan

Pengaruh langsung terhadap kesehatan disebabkan:

a. Manusia membutuhkan sumber energi yang diambil dari lingkungannya yakni makanan. Makanan yang harus tersedia sangat besar untuk kebutuhan manusia di dunia disamping masalah distribusi.

b. Adanya elemen yang langsung membahayakan kesehatan secara fisik seperti beruang, harimau, ular dan lain-lain.

c. Adanya elemen mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit (patogen). Mikroba ini digolongkan kedalam berbagai jenis seperti virus, ricketssia, bakteri, protozoa, fungi dan metazoa.

d. Adanya vektor yakni serangga penyebar penyebab penyakit dan reservoir agent penyakit. Vektor penyakit yang memegang peranan penting dalam penyebaran penyakit nyamuk, lalat, kutu, pinyal dan tungau.

Penutup

Lingkungan yang perlu dilestarikan supaya diperoleh keadaan yang seimbang antara manusia. Begitu banyak dampak yang ditimbulkan jika kita tidak memperhatikan keseimbangan alam yang digunakan sebagai tempat kehidupan. Dampak negatif yang muncul berupa penyakit yang merugikan pada manusia seperti penyakit pernafasan, diare, kholera, thyphus, dysentri, polio, ascariasis dan lain-lain. Dampak positif lingkungan terhadap kesehatan memperoleh sumber energi untuk kebutuhan hidup. Untuk pencegahan penyakit perlu dilakukan sanitasi terhadap lingkungan air, udara dan tanah, khususnya pengelolaan air minum dan air buangan secara terpadu.

PROTOKOL PEMANASAN GLOBAL

Protokol Kyoto

Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.

Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050. (sumber: Nature, Oktober 2003)

Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). [1] Ia dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.


Menurut rilis pers dari Program Lingkungan PBB:

"Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara perindustrian akan mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2% dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca - karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC - yang dihitung sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-12. Target nasional berkisar dari pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk AS, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia." [2]

Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC, yang diadopsi pada Pertemuan Bumi di Rio de Janeiro pada 1992). Semua pihak dalam UNFCCC dapat menanda tangani atau meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak luar tidak diperbolehkan. Protokol Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi Pihak Konvensi UNFCCC pada 1997 di Kyoto, Jepang.

Sebagian besar ketetapan Protokol Kyoto berlaku terhadap negara-negara maju yang disenaraikan dalam Annex I dalam UNFCCC.

Hingga 3 Desember 2007, 174 negara telah meratifikasi protokol tersebut, termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia dan 25 negara anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria.

Ada dua negara yang telah menanda tangani namun belum meratifikasi protokol tersebut:

Pada awalnya AS, Australia, Italia, Tiongkok, India dan negara-negara berkembang telah bersatu untuk melawan strategi terhadap adanya kemungkinan Protokol Kyoto II atau persetujuan lainnya yang bersifat mengekang. [5] Namun pada awal Desember 2007 Australia akhirnya ikut seta meratifikasi protokol tersebut setelah terjadi pergantian pimpinan di negera tersebut.



Protokol Montreal

Protokol Montreal (lengkapnya: Protokol Montreal atas Zat-Zat yang mengurangi Lapisan Ozon) adalah sebuah traktat internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi sejumlah zat yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan ozon. Traktat ini terbuka untuk ditandatangani pada 16 September 1987 dan berlaku sejak 1 Januari 1989. Sejak itu, traktat ini telah mengalami lima kali revisi yaitu pada 1990 di London, 1992 di Kopenhagen, 1995 di Vienna, 1997 di Montreal dan 1999 di Beijing. Dikarenakan tingkat penerapan dan implementasinya yang luas, traktat ini dianggap sebagai contoh kesuksesan kerjasama internasional. Kofi Annan pernah menyebutnya sebagai "Kemungkinan merupakan persetujuan internasional tersukses sampai hari ini..".

Traktat ini difokuskan pada beberapa kelompok senyawa hidrokarbon halogen yang diyakini memainkan peranan penting dalam pengikisan lapisan ozon. Semua zat tersebut memiliki klorin atau bromin (zat yang hanya memiliki fluorin saja tidak berbahaya bagi lapisan ozon).


Teks lengkap Protokol Kyoto (versi HTML), (versi PDF)

edited by De_Ar from Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

MENGUKUR PEMANASAN GLOBAL


Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa

Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbondioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya. Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,4 - 5,8 derajat Celsius (2,5 - 10,4 derajat Fahrenheit) pada tahun 2100.

IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. Karbondioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.


WELCOME TO REFAC BLOG

Blognya orang-orang REFAC (Refrigerasi & Air Conditioning)

refac

refac
refac aplication